Mengenal Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)

Mengenal Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Badak Sumatera, adalah merupakan satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Badak Sumatera juga dikenal memiliki rambut terbanyak dibandingkan seluruh sub-spesies badak di dunia, sehingga sering disebut hairy Badak (badak berambut). Ciri-ciri lainnya adalah telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau kemerahan - sebagian besar ditutupi oleh rambut dan kerut di sekitar matanya.

Mengenal Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)


Morfologi Badak Sumatera

  1. Tinggi badak sumatera diukur dari telapak kaki sampai bahu antara 120-135 cm, panjang dari mulut sampai pangkal ekor antara 240-270 cm.
  2. Panjang tubuh satwa dewasa berkisar antara 2-3 meter dengan tinggi 1 - 1,5 meter. 
  3. Berat badan diperkirakan berkisar antara 600-950 kg.
  4. Saat anak badak sumatera lahir hingga remaja biasanya kulitnya ditutupi oleh rambut yang lebat berwarna coklat kemerahan. Bersamaan dengan bertambahnya usia satwa ini, rambut yang menutupi kulitnya semakin jarang dan berubah kehitaman. 
  5. Tubuhnya gemuk dan agak bulat, kulitnya licin dan berambut jarang, menarik perhatian dengan adanya dua lipatan kulit yang besar. 
  6. Lipatan pertama melingkari pada paha diantara kaki depan, dan lipatan kedua di atas abdomen dan bagian lateral. 
  7. Di atas tubuhnya tidak ada lipatan, jadi lipatan kulit tampak nyata dekat kaki belakang dan lipatan bagian depan dekat kedua culanya. 
  8. Panjang cula depan biasanya berkisar antara 25 - 80 cm, sedangkan cula belakang biasanya relatif pendek dan tidak lebih dari 10 cm.
  9. Cula bagian depan (anterior) di atas ujung dari moncongnya jauh lebih besar dari cula bagian belakang (pasterior). 
  10. Badak sumatera merupakan badak terkecil dan jenis yang paling primitif dari kelima jenis badak yang masih hidup di dunia. 
Baca Juga


Habitat Badak Sumatera 

Habitat (tempat hidup) badak sumatera adalah pada daerah tergenang diatas permukaan laut sampai daerah pegunungan yang tinggi (dapat juga mencapai ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut). Tempat hidup yang penting bagi dirinya adalah cukup makanan, air, tempat berteduh dan lebih menyukai hutan lebat. Pada cuaca yang cerah sering turun ke daerah dataran rendah, untuk mencari tempat yang kering. Pada cuaca panas ditemukan berada di hutan-hutan di atas bukit dekat air terjun. Senang makan di daerah hutan sekunder. Habitat badak sumatera di Gunung Leuser, terbatas pada hutan-hutan primer pada ketinggian antara 1000-2000 meter diatas permukaan laut.

Badak sumatera merupakan satwa liar yang senang berjalan. Dalam satu harinya, badak ini dapat menempuh perjalanan sejauh 12 (dua belas) kilometer dalam waktu 20 (dua puluh) jam. Separuh jarak tersebut dilakukan pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan aktifitas di siang hari lebih ditujukan untuk mencari atau menuju ketempat berkubang atau berendam di sungai-sungai kecil atau rawa-rawa dangkal. 

Badak sumatera dewasa dengan berat 800 (delapan ratus) kilogram, mengkonsumsi rata-rata 50 (lima puluh) kilogram dedaunan dan pepucukan tanaman yang berasal dari pohon-pohon muda, rerantingan dan cecabangan pohon yang rendah atau dari semak belukar yang lebat. Jenis badak ini kadang-kadang memakan batang dari tanaman jahe, rotan dan palem. Untuk memperoleh makanan sebanyak tersebut diatas, seekor badak sumatera memerlukan areal hutan dan semak belukar seluas 5 (lima) sampai 6 (enam) hektar. Dan untuk seekor badak sumatera dibutuhkan minimal 700 (tujuh ratus) hektar kawasan hutan dan semak belukar sebagai wilayah pengembaraannya.

Jenis makanan yang di sukai badak sumatera kebanyakan di temukan di daerah perbukitan, berupa tumbuhan semak dan pohon-pohonan. Merumput tidak dilakukan kecuali untuk jenis-jenis bambu seperti Melocana bambusoides. Terdapat 102 jenis tanaman dalam 44 familia tanaman yang disukai badak sumatera. Sebanyak 82 jenis tanaman dimakan daunnya, 17 jenis dimakan buahnya, 7 jenis dimakan kulit dan batang mudanya dan 2 jenis dimakan bunganya. Tanaman yang mengandung getah lebih disukai seperti daun manan (Urophylum spp) yang tumbuh di tepi bukit. Daun nangka (Artocarpus integra) juga kegemarannya., lainnya seperti Bunga dari tenglan (Saraca spp) dan lateks dari jenis tanaman rengas (Melanorhea spp) merupakan pakan badak ini.

Penyebaran Badak Sumatera 

Daerah penyebaran badak Sumatera meliputi Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Burma, kamboja sampai dengan Vietnam. Namun akibat perburuan yang berlangsung terus menerus sejak masa lalu hingga sekarang, maka penyebaran di habitat alamnya menjadi terbatas di pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia saja, Sedangkan di Kalimantan dalam beberapa tahun belakangan tidak pernah dijumpai lagi. Jumlah populasi Badak sumatera di kawasan hutan habitat alaminya diperkirakan kurang dari 200 (dua ratus) ekor, dan sebagian besar berada di Sumatera. Di Indonesia penyebaran Badak pada habitat alamnya terdapat dalam kawasan hutan TN Gunung Leuser (Provinsi Nangru Aceh Darusallam), TN Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan), TN Bukit Barisan Selatan (Provinsi Bengkulu) dan TN Way Kambas (Provinsi Lampung).

Perilaku Badak Sumatera

Badak sumatera senang berkubang atau berendam dalam Lumpur. Kubangan badak ini umumnya ditemukan pada daerah yang datar dengan panjang antara 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) meter. Mengingat kebiasaan berkubang ini sangat penting bagi badak sumatera, apabila tidak menjumpai tempat kubangan maka dia akan pergi mencari tanah-tanah yang becek/berair dibawah pohon-pohon yang besar. Dengan mempergunakan cula dan kakinya, dia mecongkeli tanah tersebut hingga menjadi bubur tanah yang lembut, kemudian berguling-guling diatasnya. Dalam beberapa tahun kemudian, berangsur-angsur tempat tersebut akan berubah menjadi tempat kubangan yang baru yang panjangnya dapat mencapai lebih dari 5 (lima) meter didekat akar-akar pohon besar didalam hutan. Kedalaman kubangan tersebut dapat mencapai 1 (satu) meter, lebar antara 2 (dua) sampai 3 (tiga) meter dan ketebalan lumpurnya antara 50 (lima puluh) sampai 70 (tujuh puluh) sentimeter.

Masa Perkawinan Badak Sumatera 

Badak sumatera juga bersifat pendiam dan soliter atau menyendiri, bergerak diam-diam menjelajahi tempat-tempat yang menjadi wilayah pengembaraannya masing-masing. Belum pernah ditemukan sang badak berkelahi untuk memperebutkan wilayah pengembaraannya. Demikian pula dengan satwa lain, jarang sekali dijumpai perkelahian badak ini dengan jenis satwa lainnya. Bila mendeteksi melalui indera penciumannya yang tajam ada bau jenis satwa lain yang dapat menjadi ancaman bagi dirinya seperti harimau sumatera, gajah sumatera maupun manusia, maka dia akan segera lari menghindar kedalam hutan atau semak belukar yang lebat dengan arah yang berlawanan dari tempat datangnya ancaman. Dewasa kelamin bagi badak sumatera dimulai pada saat usianya mencapai 7 (tujuh) atau 8 (delapan) tahun dengan batas usia dapat mencapai 32 tahun. Sedangkan perilaku perkawinan badak ini tidak berbeda dengan badak jawa.

Masa Perkawinan Badak Sumatera


Masa kehamilan badak sumatera berkisar antara 16 (enam belas) sampai 18 (delapan belas) bulan. Anak Badak yang lahir akan hidup dan tinggal bersama induknya hingga mencapai usia 7 (tujuh) tahun. Seperti badak jawa, induk Badak sumatera akan dapat bereproduksi kembali apabila sang anak telah mencapai usia lebih 4 (empat) tahun, Badak sumatera juga dikatagorikan sebagai satwa langka dilindungi yang menuju kepunahan (sama dengan Badak jawa dan harimau sumatera). Hal ini dapat kita maklumi, karena jumlah populasi di habitat alamnya belum diketahui secara pasti, yaitu baru diperkirakan kurang dari 200 (dua ratus) ekor saja. Demikian halnya, jumlah populasi pada habitat alam dari setiap kawasan hutan 4 (empat) Taman Nasional di Sumatera belum diperoleh data yang akurat (pasti/tepat). Upaya penyelamatan dengan pengembangbiakan melalui habitat buatan atau penangkaran yang telah dilakukan selama 23 (dua puluh tiga) tahun sejak tahun 1985 sampai sekarang, masih menunjukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Dari 10 (sepuluh) penangkaran eksitu dan 1 (satu) penangkaran semi insitu (SRS-TN Way Kambas) baru memperoleh 1 (satu) kelahiran anak badak di Cincinnati Zoo-USA, Terlebih data yang ada menunjukkan kematian di penangkaran jauh lebih besar dari kelahiran. Penjelasan tentang kegiatan -kegiatan untuk penyelamatan Badak ini akan diuraikan dalam upaya penyelamatan badak Indonesia.

Sumber
http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak_sumatera/
Sudarsono Djuri

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top