Persahabatan memang sesuatu yang tidak mengenal batasan. Demikianlah kiranya kata-kata yang dapat mewakili kisah persahabatan seorang wanita asal Thailand bernama Chailert Sangduen (40) dengan seekor gajah buta bernama Jokia.
Awalnya, Jokia adalah seekor gajah yang dipekerjakan di sebuah usaha penebangan kayu liar. Ia dipaksa untuk menarik gelondongan kayu, meskipun dalam kondisi hamil. Terlalu keras bekerja, ia pun mengalami keguguran dan mogok kerja sebagai perlawanannya. Menanggapi aksi Jokia mogok kerja tersebut, seorang mahout -pawang gajah sekaligus pemilik- membidiknya dengan ketapel yang secara tidak sengaja tepat mengenai mata kiri Jokia hingga buta. Jokia pun membalas dengan mematahkan leher lelaki itu dengan belalainya.
Si mahout yang marah lantas memanah mata kanan Jokia yang membuatnya menjadi buta total dan kemudian mengikatnya dengan rantai. Dalam keadaan tak bisa melihat, ia masih tetap dipaksa untuk mengangkut gelondogan kayu jati.
Suatu hari ketika Sangduen mengunjungi lokasi penebangan, ia menyaksikan Jokia sedang dipukuli oleh pemiliknya. Melihat penderitaan yang dialami Jokia, Sangduen yang berprofesi sebagai pemilik biro perjalanan di Chiang Mai memutuskan untuk membeli dan merawat sang gajah malang tersebut.
Jokia sendiri bukanlah hewan pertama yang dirawat dan dilindungi oleh Sangduen. Di rumahnya, Sangduen memelihara 30 ekor anjing yang dibuang ataupun terluka. Ia juga memberi makan 200 ekor anjing tak bertuan. Jokia adalah satu dari 17 gajah dewasa yang telah diselamatkannya.Kemudian mereka ditempatkan di dalam hutan seluas 385 hektare, yang terletak 55 kilometer di utara hutan perbukitan Chiangmai, Thailand bagian utara. Sangduen menyebut lahan luas itu sebagai Suaka Gajah. Lahan tersebut merupakan milik pribadi Sangduen dan sebagian lahan yang ia sewa dari pemerintah.
Dedikasi Sangduen terhadap bintang sungguh luar biasa, Ia pun disebut sebagai pelopor gerakan tindakan beradab terhadap binatang. Bahkan baru-baru ini ia pun mendapatkan penghargaan dari sebuah yayasan di Polandia.
referensi: chiangraitimes dan nationalgographic
0 comments:
Posting Komentar