Hewan-Hewan Sakral Dalam Adat Masyarakat Jawa

Macan Si Eyang
Masyarakat Jawa memang dikenal sangat menghormati budaya dan adat leluhurnya. Di antara beberapa kebiasaan masyarakat Jawa kuno yang masih ada hingga saat ini adalah menganggap hewan-hewan tertentu sebagai binatang yang sacral seperti masyarakat India menghormati sapi atau monyet. Banyak yang meyakini hewan-hewan tertentu mampu mendatangkan rejeki, menolak bala, santet, atau ilmu sihir. 

Burung Perkutut
Seorang masyarakat  Jawa yang masih kental dengan sifat Jawanya dan tinggal di rumah asli Jawa, pasti di salah satu sudut rumah terdapat burung perkutut. Entah itu digantung di langit-langit, atau ditempatkan pada kandang di luar ruangan. Mereka burung perkutut mampu memberi kebahagiaan dan keberuntungan pada pemiliknya. Apalagi Burung Perkutut Putih yang termasuk jenis langka dan sudah sangat sulit ditemui dan konon mempunyai kemampuan sebagai penolak bala.

Ayam
Seperti halnya burung perkutut, ayam juga menjadi salah satu hewan favorit orang-orang Jawa. Beberapa orang memelihara jenis tertentu dikarenakan oleh kemampuan ayam jago yang sulit dikalahkan di dalam arena pertarungan. Beberapa jenis ayam jago mempunyai ciri-ciri yang sedikit unik, misalnya ayam dengan sebutan Suro Petir mempunyai keunikan pada sisik jari kaki tengahnya yang bercabang. Kemudian Suro Pengantin, yang mempunyai dua helai ekor yang “keluar” dan lebih panjang dari bulu-bulu ekor lainnya. Putih Seta, sesuai namanya merupakan ayam berwarna putih, dari bulu, hingga kaki. Bahkan matanya pun agak pucat. Sementara itu, ayam cemani, meskipun jarang dipakai sebagai aduan, mempunyai reputasi yang menakutkan karena ayam ini sering digunakan dalam ritual-ritual adat Jawa.

Banyak (Angsa)
Banyak atau angsa adalah hewan berwarna putih dengan leher panjang yang banyak dipelihara sebagai penjaga rumah, karena indranya yang tajam. Bahkan konon binatang ini dipercaya mampu menghasilkan suara yang mampu mengusir makhluk gaib yang mendiami rumah.

Harimau
Binatang yang satu ini bukan merupakan peliharaan masyarakat Jawa, tetapi oleh masyarakat jawa binatang ini ssering dipanggil dengan sebutan “Eyang”. Bukan Eyeng Subur lho ya… Hihihi…
Menurut orang Jawa, ketika kita berjumpa dengan harimau di hutan, maka sebaiknya kita berkata, “Permisi, Eyang.” Hal tersebut merupakan wujud kearifan lokal, yaitu bentuk saling menghormati sesama makhluk hidup. Selain itu ada juga yang mempercayai bahwa orang yang sudah meninggal akan tetap ada di dunia ini dan menjaga serta mengawasi keluarganya dengan menggunakan perwujudan seekor harimau.

Ular
Hampir sama dengan harimau, ular juga mendapat tempat tersendiri di dalam masyarakat Jawa. Bahkan beberapa makhluk gaib legendaris di nusantara mewujudkan dirinya sebagai ular.

Burung Culi
Burung yang satu ini sangat misterius, karena kebiasaan burung ini keluar pada saat senja dan subuh menjelang fajar sehingga hanya terlihat seperti bayangan hitam. Mereka biasanya terbang berpasangan sambil berkicau “culi” berkali-kali. Yang menjadikan burung ini misterius selain wujudnya adalah konon burung ini merupakan perwujudan dari pocong yang belum dilepas talinya sehingga berubah menjadi burung dan berkicau “culi” (dalam bahasa jawa, culi berarti lepaskan). Bahkan jika burung itu hinggap di atas rumah seseorang, maka salah satu orang yang tinggal di rumah itu akan meninggal.

Referensi : banyak sumber

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top